TIMES TANGSEL, MALANG – Universitas Ma Chung kembali mencetak lulusan baru melalui Wisuda ke-XXI yang digelar pada Sabtu (11/10/2025) di Kota Malang.

Mengusung tema 'Growing Together, Impactful Forever', acara ini menjadi momen refleksi sekaligus komitmen universitas dalam menyiapkan generasi muda yang beretika, inovatif, dan berdampak bagi masyarakat.

Sebanyak 287 wisudawan resmi dikukuhkan dalam prosesi tersebut. Dalam sambutannya, Rektor Universitas Ma Chung, Prof. Dr. Stefanus Yufra, menegaskan bahwa wisuda bukan hanya simbol pencapaian akademik, tetapi juga amanah moral bagi para lulusan.

“Hari ini para lulusan diberi gelar. Gelar yang diraih adalah kepercayaan dari keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan kepercayaan itu, para lulusan dituntut untuk menjadi pribadi yang tidak hanya kompeten, tetapi juga beretika, peduli, dan siap berkolaborasi,” ujarnya.

Dalam pidatonya, Prof. Yufra menguraikan tiga jalur strategis yang menjadi landasan pendidikan di Universitas Ma Chung, yakni wirausaha sosial, inovasi teknologi, dan pengabdian masyarakat. Ketiganya menjadi pilar pembentuk lulusan yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga membawa dampak sosial nyata.

Dia menekankan pentingnya wirausaha sosial sebagai bentuk bisnis yang berorientasi pada keberlanjutan dan kemanusiaan. “Wirausaha sosial bukan sekadar menggabungkan tujuan bisnis dengan kebaikan. Ia menuntut para lulusan untuk melihat masalah sosial sebagai peluang inovasi,” ujarnya.

Sementara pada aspek teknologi, Rektor menegaskan bahwa inovasi sejati bukan hanya soal teknologi mutakhir, tetapi tentang penerapan yang memberi manfaat luas.

“Gunakan ilmu yang  diperoleh untuk menciptakan solusi yang ramah lingkungan, inklusif, dan dapat diakses. Jadilah pencipta teknologi yang memihak pada kesejahteraan kolektif,” katanya.

Pada pilar ketiga, Prof. Stefanus menegaskan bahwa ilmu harus diwujudkan dalam pengabdian masyarakat. “Ilmu tanpa pengabdian adalah ilmu yang belum selesai tugasnya. Pergilah, dengarkan kebutuhan nyata masyarakat, dan bekerjalah bersama mereka,” tegasnya.

Rektor Universitas Ma Chung juga memberikan pesan khusus mengenai penggunaan kecerdasan buatan (AI) secara etis dan bertanggung jawab.

“Gunakan AI dengan etis dan bertanggung jawab. AI memberi kapasitas luar biasa, tetapi potensi besar itu harus disertai tanggung jawab moral,” ujar Prof. Stefanus.

Dia mengingatkan bahwa mahasiswa harus tetap berpikir kritis dan tidak bergantung sepenuhnya pada mesin. “AI adalah alat bantu, bukan tuan. Jadilah generasi yang menguasai teknologi, bukan dikendalikan olehnya,” tambahnya.

Selain itu, ia menekankan pentingnya verifikasi informasi yang dihasilkan AI agar tidak terjebak pada kesalahan atau bias data. “Biasakanlah verifikasi: cross-check data dengan sumber primer, minta pendapat ahli, dan periksa konteks informasi,” pesannya.

Dalam momen wisuda ini, Prof. Stefanus juga mengumumkan langkah strategis Universitas Ma Chung dalam memperluas kontribusi akademiknya melalui rencana pembukaan Program Studi Hukum Bisnis.

“Universitas Ma Chung sedang dalam masa persiapan akhir untuk mengajukan izin pembukaan Program Studi Hukum Bisnis, sebuah prodi inovatif yang menjawab tantangan dunia bisnis masa kini,” ujarnya.

Program baru tersebut, lanjutnya, merupakan amanat dari Yayasan Harapan Bangsa Sejahtera untuk mencetak pemimpin bisnis masa depan yang memiliki wawasan hukum dan tanggung jawab sosial.

“Kami tidak tidur, namun kami terus berlari untuk mencapai tujuan amanah yang sudah dipercayakan kepada kami,” pungkasnya. (*)