TIMES TANGSEL, MALANG – Tahukah Anda bahwa pecel dulunya tidak selalu berbumbu kacang tanah? Serat Centhini menyebut, sekitar abad ke-19 ternyata biji kacang Wijen dijadikan bahan bumbu pecel pengganti kacang tanah.
Ary Budiyanto, penulis buku "Katjang Tjina” dalam Kuliner Nusantara (2023) mengungkap, dulu di sekitar Solo ada kuliner yang namanya Pecel Wijen. “Kuliner Pecel Ndeso yang saat ini jadi kuliner khas Solo, di Centhini disebut Pecel Wijen. Ini tercatat di abad 19. Yang namanya Pecel Wijen itu juga sering disebut Pecel Solo,” kata Ary, Minggu (29/9/2024).
Kalau Anda sempat ke Solo. Coba mampir ke kuliner pecel Ndeso. Pecel khas Kota Solo ini memang unik. Selain menggunakan berbahan dasar biji wijen hitam, nasi yang digunakan tidak seperti nasi pecel pada umumnya. Pecel ini menggunakan nasi beras merah.
Proses membuat bumbunya juga menarik. Sebelum biji wijen dicampur pada bumbu kacang, biji wijen hitam itu disangrai terlebih dahulu agar bumbu kacangnya semakin gurih. Kemudian, wijen dicampur dengan bahan lain seperti cabai, gula merah, dan bumbu tradisional untuk menciptakan rasa yang kompleks.
Pecel Ndeso sering disajikan di atas daun pisang. Lengkap dengan lauk sederhana seperti tempe gembus atau rempeyek biji wijen. Penyajian ini menambah autentisitas sekaligus menjaga keaslian rasa.
Memang serat Centhini tidak menyebut detil bagaimana proses pembuatan Pecel Wijen. Namun setidaknya, ada catatan penting bahwa bumbu pecel tidak melulu kacang tanah. Wijen juga bisa digunakan.
Yang menarik lagi, ada juga bumbu pecel yang menggunakan kacang mete. Cerita ini bisa Anda baca di novel sejarah ‘Rahasia Salinem’ (2018), karya kolaborasi Brilliant Yotenega dan Wisnu Suryaning Adji. Buku itu bercerita soal Mbah Salinem, abdi dalem keluarga bangsawan di Surakarta. Ia punya resep rahasia membuat pecel kacang mete.
Singkat cerita ya. Sekitar 1920-an Mbah Salinem membuat resep bumbu pecel rahasia dengan kacang mete sebagai bahan dasar pengganti kacang tanah. Dengan rasa khas yang sulit ditiru, dikombinasi dengan bahan tradisional dan pengolahan yang teliti, cita rasa pecel Mete Mbah Salinem sangat unik.
Mirip Pecel Wijen, novel itu tidak menyebut detil bagaimana proses membuat Pecel Nete.
Pecel Wijen Kini
Pecel Wijen, yang pernah populer di abad ke-19, kini mulai mendapatkan perhatian kembali oleh pecinta kuliner tradisional.
Di Solo, Pecel Ndeso atau Pecel Wijen kembali dihidupkan oleh beberapa warung makan dan restoran yang memang fokus pada makanan tradisional. Mereka tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga berinovasi dengan menambahkan sentuhan modern agar sesuai dengan selera masyarakat masa kini.
Banyak food blogger dan influencer kuliner yang membagikan pengalaman mereka menyicip Pecel Wijen, membuat kuliner ini semakin dikenal.
Soal resepnya, tinggal ketik di browser Anda: Pecel Wijen. Silakan pilih mana yang ingin Anda coba buat. Pun Pecel Mete, internet juga menyediakannya.
Di balik Pecel Solo
Sejatinya, Pecel Wijen atau Pecel Solo adalah saksi bisu sejarah kuliner khas Jawa: Pecel. Pecel Wijen adalah cermin kreativitas masyarakat lokal dalam memanfaatkan bahan yang ada.
Mungkin dulu, kacang tanah masih jarang diperoleh di tempat atau wilayah tertentu. Tak salah bila kacang-kacangan yang ada seperti wijen atau mete dimanfaatkan sebagai pengganti kacang tanah.
Kini, Pecel berkembang jadi salah satu khazanah kuliner Indonesia yang sangat berragam. Ada Pecel Solo, Pecel Madiun, Pecel Banyumas, Pecel Blitar, Pecel Bukittinggi dan beberapa bentuk penamaan pecel sesuai dengan tradisi lokal dan budaya yang ada.
Kuliner pecel tidak akan pernah mati. Seperti Pecel Wijen yang berubah nama jadi Pecel Solo. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Biji Kacang Wijen Jadi Bumbu Pecel, Apa Bisa?
Pewarta | : |
Editor | : Faizal R Arief |